Kamis, 14 April 2011

Eden In The East - Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara


Salah satunya, pada akhir Zaman Es, banjir yang disebutkan dalam kitab suci memang benar-benar terjadi dan menenggelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya. Hal itulah yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya berbagai budaya Neolitikum di Cina, India, Mesopotamia, Mesir, dan Mediterania timur. Akar permasalahan dari pemekaran besar peradaban di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis pantai Asia Tenggara yang terbenam.

Tahukah Anda bahwa orang-orang Polinesia tidak datang dari Cina, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara? Tahukah Anda, mula-mula penanaman beras yang sangat pokok bagi masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya pada 9.000 tahun lalu?

Dan Anda pasti akan tercengang setelah mengetahui bahwa berbagai suku di Indonesia timur adalah pemegang kunci siklus-siklus bagi agama-agama Barat yang tertua? Buku ini penuh dengan catatan mengejutkan dan membalikkan fakta yang selama ini kita ketahui.

Stephen Oppenheimer yang menulis buku Eden in The East: Benua yang tenggelam di Asia Tenggara (2010) menyebutkan, catatan oseanografis menunjukan muka laut naik 120 meter dari 3 banjir besar. Air terakhir itu meyebar luar di paparan-paparan benua yang datar dan membentuk pulau. Oppenheimer mengatakan, banjir tersebut terjadi mendadak dan orang-orang yang masih hidup di Zaman Batu itu membawa caeritanya ke dalam cerita-cerita rakyat. Sekitar 25.000 tahun sebelum masehi bumi penuh es. Daerah diatas dan di bawah khatulistiwa sangat dingin. Bentuk muka Asia Tenggara sekitar 20.000 tahun yang lalu tidak seperti yang sekarang ini yang berbentuk kepulauan. Dulu, Asia tenggara membentuk satu kontinental yang disebut Paparan Sunda (Sundaland) yang tidak bisa dipisahkan oleh laut. Banjir besar mendadak yang disebabkan bumi memanas dan es mencair di kutub yang menandai berakhirnya Zaman Es, membuat kontinental itu tenggelam. Akibatnya, permukaan air laut naik sekitar 150 cm dan membentuk muka bumi Asia Tenggara yang baru menjadi Philipina, Indonesia, dan Malaysia, sekarang ini. Banjir besar itu menaikkan muka laut 5-6 meter. Wilayah yang mengalami banjir terparah di Sundaland dan Pantai Cina Selatan. Sundaland yang sudah berpenghuni itu menjadi pulau-pulau yang terpisah lautan.

Ilmuwan dari Yunani di masa lalu bernama Ptolomeus menyebutkan nama pulau yang terletak di sebelah timur India dengan nama kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Nama itu kemudian digunakan oleh ilmuwan dari Eropa. Kepulauan Sunda Besar mengacu pada Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor. 

0 komentar:

Posting Komentar